Desa dan Harmoni Kehidupan
Suasana desa selalu memiliki daya tarik yang khas. Kesederhanaan yang tampak di permukaan sering kali berubah menjadi sesuatu yang mewah ketika dilihat dari kedekatan dan interaksi antarwarganya. Bagi sebagian orang luar, pertemuan sederhana mungkin tampak biasa saja. Namun, bagi masyarakat desa, setiap interaksi adalah pengalaman yang istimewa, meninggalkan kenangan yang tak mudah dilupakan.
Desa Ujung, yang terletak di Kecamatan Dua Boccoe, Kabupaten Bone, adalah salah satu potret nyata dari kehidupan pedesaan yang sarat nilai kebersamaan. Desa ini tidak hanya menyimpan keindahan alam, tetapi juga kekuatan sosial yang terjalin erat melalui aktivitas warganya. Kehadiran mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Muhammadiyah (UNIM) Bone menambah warna baru dalam dinamika sosial desa ini.
Warna Baru di Desa Bersama Mahasiswa UNIM Bone
![]() |
Potret di Desa Ujung |
Kuliah Kerja Nyata bukan sekadar program akademik. Ia adalah jembatan yang mempertemukan mahasiswa dengan masyarakat, sekaligus memperkaya pengalaman keduanya. Di Desa Ujung, kehadiran mahasiswa UNIM Bone yang sedang melaksanakan kuliah kerja nyata disambut dengan penuh antusiasme. Tidak hanya anak-anak dan remaja yang bersemangat, tetapi juga orang tua yang sepulang dari sawah atau tempat kerja turut bergabung dalam setiap kegiatan.
Atmosfer desa menjadi lebih hidup. Jalanan yang biasanya sepi mendadak ramai. Obrolan warga yang biasanya berpusat pada pekerjaan sawah kini dipenuhi cerita tentang mahasiswa yang datang membantu dan menghidupkan suasana. Kehadiran mereka seolah menjadi bahan bakar semangat baru bagi warga desa.
Lomba Sederhana, Kebahagiaan Luar Biasa
Dalam rangkaian program KKN, mahasiswa menyelenggarakan berbagai lomba rakyat. Lomba-lomba tersebut sebenarnya sangat sederhana, seperti sepak takraw, tarik tambang, dan balap karung. Jenis lomba yang sudah sangat familiar di banyak desa Indonesia. Namun, di balik kesederhanaan itu tersimpan makna yang lebih dalam.
Sorak-sorai warga terdengar menggema saat lomba tarik tambang berlangsung. Tua, muda, anak-anak, hingga orang tua, semuanya larut dalam keriuhan. Tidak ada batasan usia, tidak ada perbedaan status. Yang ada hanya kebahagiaan bersama.
Sepak takraw, permainan yang menuntut ketangkasan, juga menjadi tontonan seru. Sementara balap karung menghadirkan gelak tawa tiada henti, terutama ketika peserta jatuh bangun dalam usaha mencapai garis finish. Dari luar, mungkin terlihat biasa saja. Namun bagi masyarakat desa, momen seperti ini adalah kemewahan emosional yang jarang didapatkan dalam rutinitas sehari-hari.
Nilai Kebersamaan dalam Kehidupan Desa
Yang istimewa bukanlah jenis lomba atau hadiah yang diperebutkan. Hal yang benar-benar bermakna adalah kebersamaan yang tercipta. Setiap warga merasa terhubung, bukan hanya dengan sesama, tetapi juga dengan mahasiswa yang sedang melaksanakan pengabdiannya.
Kebersamaan ini memperlihatkan bahwa hubungan sosial tidak dibangun oleh materi atau fasilitas modern, melainkan oleh sikap saling menghargai, menerima, dan berbagi. Mahasiswa dengan segala keseriusannya dalam menjalin komunikasi mendapat balasan berupa sambutan hangat dari warga. Ini adalah bukti nyata bahwa perilaku baik akan selalu berbuah penerimaan yang baik pula.
Benteng Kehidupan Desa
Desa bukan hanya sekadar ruang geografis. Ia adalah benteng yang menjaga mata air kreativitas, tradisi, dan keramahan. Masyarakat Desa Ujung menunjukkan bahwa kearifan lokal masih hidup dan tetap menjadi bagian penting dalam interaksi sosial.
Tradisi menerima tamu dengan tangan terbuka adalah salah satu bentuk nyata kearifan lokal. Masyarakat percaya bahwa tamu membawa berkah, sehingga menyambut tamu dengan ramah adalah sebuah kewajiban moral. Kehadiran teman- teman mahasiswa diperlakukan seperti keluarga sendiri. Mereka tidak hanya dianggap sebagai pendatang, melainkan bagian dari komunitas.
Nilai-nilai seperti ini adalah fondasi kuat yang membuat masyarakat desa tetap solid. Walaupun modernisasi merambah hingga pelosok, kearifan lokal tetap menjadi identitas yang tidak tergantikan.
Desa Sebagai Guru Kehidupan
Dari setiap lorong desa, dari setiap sapaan hangat, mahasiswa KKN memetik pelajaran berharga. Desa mengajarkan filosofi hidup yang tidak bisa didapatkan di ruang kelas. Filosofi tentang kesederhanaan, kebersamaan, dan kebahagiaan yang lahir dari hal-hal kecil.
Desa bukan hanya tempat untuk melaksanakan tugas akademik. Ia adalah ruang belajar kehidupan yang sejati. Bagi mahasiswa, pengalaman ini akan menjadi bekal untuk menghadapi tantangan di masa depan. Sementara bagi masyarakat desa, kebersamaan ini akan selalu dikenang sebagai cerita indah yang memperkaya hari-hari mereka.
Menjaga dan Merawat Kebersamaan
Cerita Desa Ujung menunjukkan bahwa kebersamaan bukanlah hal yang mahal. Ia lahir dari sikap saling menghormati, menerima, dan berbagi. Inilah yang membuat suasana desa begitu hangat dan penuh makna.
Di tengah dunia modern yang serba cepat, nilai-nilai seperti ini sering kali terlupakan. Namun, desa dengan segala kesederhanaannya justru berhasil mempertahankannya. Kebersamaan, penerimaan tamu, dan kearifan lokal adalah aset yang harus dijaga.
Semoga mahasiswa yang tengah mengabdikan diri mau pun yang pernah bertugas di Desa Ujung tidak hanya membawa pulang pengalaman akademik, tetapi juga memetik filosofi hidup yang akan menemani perjalanan mereka. Sementara masyarakat desa, dengan segala keramahan dan kebijaksanaannya, akan terus menjaga api kebersamaan agar tetap menyala.
Terima Kasih
Suasana desa selalu berhasil mengajarkan kita bahwa kebahagiaan tidak harus dicari di tempat jauh atau dengan cara rumit. Ia ada di sekitar kita, dalam tawa anak-anak, dalam sapaan hangat orang tua, dan dalam kebersamaan sederhana yang penuh makna.
Desa adalah rumah bagi kearifan lokal, benteng bagi nilai-nilai luhur, dan ladang bagi kebersamaan yang tak ternilai harganya. Cerita Desa Ujung hanyalah satu contoh kecil, namun ia adalah cermin dari betapa berharganya hidup dalam harmoni dan kebersamaan.
Penulis: TH
#CeritaDesa
#DesaUjung
#CeritaIndonesia
#UNIMBone
#DuaBoccoe
إرسال تعليق