Wanua Ujung- Pendidikan merupakan salah satu fondasi terpenting dalam kehidupan manusia. Bagi sebagian orang, pendidikan adalah kebutuhan primer, sejajar dengan kebutuhan makan dan tempat tinggal. Bagi yang lain, pendidikan adalah jembatan menuju kehidupan yang lebih baik, bahkan tidak sedikit pula yang memandangnya sebagai bagian dari identitas atau gaya hidup. Apapun perspektifnya, pendidikan tetap menjadi instrumen penting dalam membentuk karakter, pola pikir, dan arah masa depan seseorang.
Pada
momen Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Mei, kita
diajak untuk kembali merefleksikan makna penting dari pendidikan, terutama
dalam konteks lokal. Di Desa Ujung, Kecamatan Dua Boccoe, Kabupaten Bone,
pendidikan mengalami transformasi yang cukup signifikan dari tahun ke tahun.
Perubahan ini tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi merupakan hasil dari
perjuangan kolektif masyarakat, lembaga pendidikan, serta para tokoh lokal yang
terus menyalakan semangat belajar di tengah berbagai keterbatasan.
Masa Lalu Pendidikan dalam Bayang-Bayang Kebutuhan Ekonomi
Sekitar
tahun 2000 hingga awal 2010-an, realitas pendidikan di Desa Ujung masih penuh
tantangan. Masyarakat pada masa itu sudah menyadari pentingnya pendidikan,
terutama sebagai dasar pembentukan karakter anak. Namun, antara kesadaran dan
kemampuan untuk mewujudkan pendidikan yang layak masih terdapat jurang yang
lebar. Banyak orang tua ingin menyekolahkan anaknya, tetapi terhalang oleh
kondisi ekonomi yang mendesak.
![]() |
Kegiatan Asesmen Nasional di Pesantren Al- Ikhlas Ujung |
Salah satu ungkapan masyarakat yang cukup menggambarkan kondisi ini adalah dalam bahasa Bugis: "Loladdetokka passikolai anakku, magello wita nana e maasisikola tapi dhena nulle majjama bapakna, na akko massikolai igana lo massapa dui." Artinya: “Saya juga ingin menyekolahkan anakku, tetapi ayahnya sudah tidak bisa bekerja. Kalau anak sekolah, lalu siapa yang mencari uang?”
Ungkapan
ini mencerminkan dilema banyak keluarga yang harus memilih antara membiayai
pendidikan anak atau mencukupi kebutuhan sehari-hari. Akibatnya, tidak banyak
anak-anak dari Desa Ujung yang berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi bahkan
banyak diantaranya yang tidak sempat selesai di Sekolah Dasar (SD), saat itu
ada guyonan lokal yang cukup populer: "Asalkan pintar mi baca tulisan
racun, kasih mi jalan merantau." Kalimat ini terdengar lucu, namun
sebenarnya mengandung kenyataan pahit yang menjadi norma sosial di masa lalu.
Maksud dari goyonan ini adalah bahwa jika seorang anak sudah bisa membaca setidaknya
untuk mengenali kata “racun” maka ia dianggap sudah cukup bekal untuk dilepas
merantau dan bekerja di luar kampung.
Kebangkitan Akses Pendidikan yang Semakin Terbuka
Memasuki
tahun 2013 ke atas, situasi mulai berubah. Semangat masyarakat untuk
melanjutkan pendidikan semakin tinggi. Terjadi penurunan angka putus sekolah
dan peningkatan jumlah siswa yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Salah satu titik balik yang penting adalah kehadiran Pondok Pesantren Al-Ikhlas
Ujung, yang didirikan pada tahun 2000. Keberadaan pesantren ini tidak hanya
membuka akses pendidikan, tetapi juga menjadi pemantik semangat baru dalam
dunia pendidikan desa.
PesantrenAl-Ikhlas berperan besar dalam membentuk atmosfer pendidikan yang lebih religius dan berkelanjutan. Selain itu, berbagai lembaga pendidikan lain pun turut berkembang, termasuk TK, RA, dua sekolah dasar yaitu SDN 94 Ujung dan SD Inpres 12/79, Madrasah Diniyah Takwiliyah Awaliah (MDTA) sekolah setara SD berbasis pendidikan islam yang masyarakat Desa Ujung mengenalnya dengan sekolah arab, serta lembaga di bawah Yayasan Al-Ikhlas yang menaungi MTS, MA, RA, dan TKTPA.
![]() |
Kegiatan Belajar di Madrasah Diniyah Takwiliyah Awaliyah (MDTA) Desa Ujung |
Tak hanya dari sisi jumlah lembaga, pendekatan pendidikan pun semakin bervariasi dan inovatif. Sekolah-sekolah mulai menyelenggarakan kegiatan yang menarik untuk anak-anak, seperti lomba keagamaan, pentas seni, serta kegiatan sosial yang mendekatkan anak-anak dengan kehidupan masyarakat dan tempat ibadah.
Harapan ke Depan dan Pesan Inspiratif untuk Hari Pendidikan Nasional
Tantangan Masa Kini
Beberapa
tantangan yang masih dihadapi dunia pendidikan di Desa Ujung antara lain:
- Akses Teknologi dan
Digitalisasi
Di tengah perkembangan dunia digital, sekolah-sekolah di Desa Ujung masih kekurangan perangkat komputer, akses internet, dan materi pembelajaran daring. Padahal, literasi digital kini menjadi kebutuhan mendasar, tidak hanya di kota, tetapi juga di desa. - Peningkatan Kualitas Guru
Banyak guru yang sudah berdedikasi tinggi, namun mereka masih membutuhkan pelatihan rutin dan peningkatan kapasitas baik dalam metode pengajaran, penguasaan teknologi, hingga pendekatan pendidikan karakter. - Keterlibatan Orang Tua yang
Berkelanjutan
Diperlukan program-program yang dapat memperkuat peran serta orang tua dalam mendampingi anak belajar di rumah. Pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru, tapi juga keluarga. - Meningkatkan Minat Baca dan
Budaya Literasi
Literasi bukan hanya soal kemampuan membaca, tetapi juga kemampuan berpikir kritis, menulis, dan mengolah informasi. Ini perlu menjadi bagian penting dari proses belajar di setiap jenjang pendidikan di desa.
Harapan untuk Generasi Muda Desa Ujung
Anak-anak
dan remaja di Desa Ujung hari ini hidup dalam era yang berbeda. Mereka tidak
hanya bersaing di pasar lokal, tetapi juga di dunia yang makin terkoneksi.
Karena itu, pendidikan menjadi bekal paling penting agar mereka tidak hanya
menjadi pekerja, tetapi pencipta peluang, pemimpin, dan pemikir masa depan.
Harapan kita adalah:
- Semakin banyak anak Ujung yang menjadi sarjana, inovator, dan wirausahawan muda.
- Anak-anak tidak hanya bangga merantau, tetapi juga bangga kembali membangun kampung halaman.
- Lembaga pendidikan desa menjadi pusat pengembangan potensi, bukan sekadar tempat mengejar ijazah.
Pesan Inspiratif untuk Hari Pendidikan Nasional
Peringatan
Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2025 bukan hanya seremonial. Ini adalah
momen refleksi dan tekad baru. Untuk itu, kami ingin mengirimkan pesan kepada
seluruh masyarakat:
“Pendidikan
adalah ladang masa depan. Hanya mereka yang menanam dengan ikhlas dan sabar,
yang akan menuai panen peradaban.”
Masyarakat
Desa Ujung telah membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari hal kecil:
membacakan buku untuk anak, menyekolahkan meski harus berhemat, atau membangun
ruang kelas dari swadaya.
"Dulu
kita bercanda, asal bisa baca racun, kasih jalan merantau. Hari ini kita
punya tekad: asal bisa sekolah, kasih kesempatan bermimpi lebih tinggi.”
Mari
jadikan pendidikan sebagai gerakan bersama, bukan beban satu-dua pihak. Jika
dulu keterbatasan menjadi alasan untuk menyerah, kini biarlah kebersamaanmenjadi alasan untuk terus maju.
Bukan Penutup
Perjalanan
pendidikan di Desa Ujung adalah cermin dari ribuan desa lain di Indonesia. Ada
luka, ada tawa, ada goyonan yang menyentil, dan ada harapan yang terus
bertumbuh. Dari keterbatasan, Desa Ujung kini menapaki jalan transformasi perlahan,
tapi pasti.
Selamat
Hari Pendidikan Nasional 2025.
Dari Desa Ujung, kami belajar bahwa masa depan bisa dimulai dari satu buku,
satu guru, dan satu harapan.
Mantab adinda.. Terus berkarya meski karya itu terkadang lewat begitu saja. Tapi pasti bahwa apa yg ditanam itulah yg akan dipetik dikemudian hari.
BalasHapusAamiin Kanda.
HapusSekrang Desa Ujung sudah terlihat perubahannya.keren desa ujung, rindu kampung halaman
BalasHapusalhamdulillah kaka
HapusPosting Komentar