Tradisi Nasu Urane di Desa Ujung

Wanua Ujung, Sulawesi Selatan – Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi unik yang diwariskan dari generasi ke generasi. Di Desa Ujung, Kecamatan Dua Boccoe, Kabupaten Bone, terdapat sebuah tradisi kuliner yang menarik perhatian, yakni Nasu Urane. Tradisi ini menampilkan peran laki-laki dalam memasak hidangan khas berbahan dasar daging sapi dan nangka muda, yang menjadi bagian tak terpisahkan dalam berbagai acara adat dan perayaan, khususnya pernikahan.

Lelaki Memasak, Perempuan Menyiapkan Kue Tradisional

Berbeda dari kebiasaan di banyak daerah di mana perempuan lebih dominan dalam urusan dapur, Nasu Urane justru menjadi ajang bagi para lelaki untuk menunjukkan keahliannya dalam memasak. Seluruh proses, mulai dari menyiapkan bahan, memotong daging, meracik bumbu, hingga memasak, dilakukan oleh kaum pria secara gotong royong.

 "Ini bukan sekadar tradisi memasak, tapi juga bentuk kebersamaan. Dari dulu hingga sekarang, jika ada pernikahan atau acara besar, para lelaki akan berkumpul untuk memasak bersama," ujar Ikbal, salah satu warga yang turut serta dalam proses ini.

Sementara itu, kaum perempuan memiliki peran yang tak kalah penting, yaitu membuat kue-kue tradisional yang nantinya akan disajikan untuk tamu undangan. Pembagian tugas ini telah menjadi bagian dari identitas masyarakat Desa Ujung dan tetap dijaga hingga kini.

Makna Kebersamaan di Balik Nasu Urane

Lebih dari sekadar memasak, Nasu Urane mencerminkan semangat gotong royong dan persaudaraan. Tidak ada batasan usia atau status sosial – siapa pun bisa ikut serta, dari remaja hingga orang tua.

 "Dulu, saya hanya melihat bapak-bapak yang memasak. Sekarang, saya sendiri sudah bisa ikut bergabung dan belajar dari mereka," Fitra, seorang pemuda desa yang ikut serta dalam tradisi ini.

 Tradisi ini bukan hanya bagian dari pesta pernikahan, tetapi juga hadir dalam acara besar lainnya seperti perayaan adat, syukuran, dan kegiatan desa. Bahkan, beberapa desa tetangga seperti Matajang dan Padacenga mulai mengadopsi tradisi ini sebagai bagian dari budaya mereka.

 Melestarikan Tradisi untuk Generasi Mendatang

Di tengah perubahan zaman, Nasu Urane tetap bertahan sebagai bagian dari warisan budaya masyarakat Desa Ujung. Selain menjaga nilai kebersamaan, tradisi ini juga menunjukkan bahwa kemampuan memasak bukan hanya milik kaum perempuan, melainkan keterampilan yang bisa dikuasai oleh siapa saja.

 Masyarakat Desa Ujung berharap agar tradisi ini tetap lestari dan semakin dikenal luas. Selain memiliki nilai budaya yang tinggi, cita rasa Nasu Urane yang khas, dengan daging empuk dan aroma rempah yang menggoda, menjadikannya hidangan yang selalu dinanti dalam setiap acara.

 "Siapa pun yang pernah mencicipinya pasti ingin kembali menikmati. Selain rasanya lezat, kebersamaan saat memasaknya juga yang membuatnya istimewa," tambah Fitra.

 Nasu Urane bukan hanya tentang masakan  ia adalah simbol budaya, kebersamaan, dan nilai gotong royong yang menjadi warisan berharga bagi masyarakat Desa Ujung, Bone. Dengan menjaga tradisi ini, warga desa berharap dapat terus mewariskan kekayaan budaya kepada generasi mendatang dan menjadikannya sebagai salah satu kekhasan kuliner Sulawesi Selatan.

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama